Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant, Software-Web Develoment and Maintenance, Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service
Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com
Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com
Orang-orang super kaya dunia boleh berburu emas berbatang-batang bahkan berton-ton untuk mencari tempat investasi yang aman. Namun nyatanya, sebenarnya para bankir swasta justru memperingatkan untuk tidak terlalu silau dengan kilau harga emas dunia.
Seperti diketahui, harga emas memang telah melonjak hingga 22% sepanjang tahun ini, bahkan pada perdagangan Selasa (5/10/2010) kemarin, emas kembali mencetak rekor di US$ 1.337 per ounce.
Pelemahan dolar AS, gejolak di pasar valas dan kekhawatiran seputar defisit negara terus meningkatkan permintaan terhadap logam-logam berharga sebagai tempat investasi yang aman.
Namun sejumlah eksekutif bank swasta mengingatkan para klien-klien kayanya untuk berhati-hati terhadap lonjakan harga emas. Kenaikan itu justru sebaiknya dijadikan momen bagi mereka untuk berhenti sejenak.
"Kami benar-benar tidak merekomendasikan emas saat ini, hanya karena emas sudah berada pada level dimana ada hal-hal yang mendorongnya keluar dari semacam hal-hal dimana kita dapat menambah nilai yang banyak," jelas President US Trust, Keith Banks dalam acara Reuters Global Private Banking Summit seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/10/2010).
Menurut Banks, harga emas dapat merefleksikan lonjakan permintaan untuk exchange-traded funds emas, saham-saham tercatat yang membelanjakannya pada emas fisik serta kekhawatiran yang meluas terhadap belanja pemerintah sehingga bisa memicu inflasi harga-harga.
"Jadi apa sebenarnya yang membawa emas ke levelnya? Tebakan Anda sebaik saya," ujar Banks yang mengelola unit private bank Bank of America.
SPDR Gold Trust ETF yang memperbolehkan investor ritel lebih mudah bertaruh pada emas telah melonjak hingga 21% sepanjang tahun ini hingga 130,71. Saham-saham dana itu telah melonjak hingga 50% sejak Desember 2008.
Lonjakan harga emas yang terlalu tajam itu juga menuai kritikan, dengan beberapa bankir menyatakan hal tersebut sebagai kegilaan dan akan berakhir dengan kegagalan.
"Dengan emas sudah melampaui US$ 1.300 per ounce sekarang, Anda memiliki orang-orang yang menanyakan apakah, pertama, 'Inikah gelembung lainnya?' dan kemudian 'Seberapa jauh saya dapat mengendarai gelembung itu?'," jelas kepala private banking, Credit Suisse Amerika, Anthony DeChellis.
Chief Executive Bessemer Trust, John Hilton mengatakan, perusahaan wealth manajemennya hanya mengalokasikan imbal hasil riil emas hanya 1 digit persentase. Untuk beberapa klien, dia tahu persis angka itu tak cukup.
"Kami memiliki klien-klien yang membelanjakan emas secara individu secara besar-besaran. Beberapa saat, mereka hanya mengatakan mereka telah melakukan itu, dan mereka kemudian menanyakan kepada kita jika kami dapat memegangnya untuk mereka. Namun kami belum membelanjakan emas secara besar-besaran untuk klien kami," ujar Hilton, yang perusahaannya mengelola aset sekitar US$ 56 miliar.
Seperti diketahui, harga emas memang telah melonjak hingga 22% sepanjang tahun ini, bahkan pada perdagangan Selasa (5/10/2010) kemarin, emas kembali mencetak rekor di US$ 1.337 per ounce.
Pelemahan dolar AS, gejolak di pasar valas dan kekhawatiran seputar defisit negara terus meningkatkan permintaan terhadap logam-logam berharga sebagai tempat investasi yang aman.
Namun sejumlah eksekutif bank swasta mengingatkan para klien-klien kayanya untuk berhati-hati terhadap lonjakan harga emas. Kenaikan itu justru sebaiknya dijadikan momen bagi mereka untuk berhenti sejenak.
"Kami benar-benar tidak merekomendasikan emas saat ini, hanya karena emas sudah berada pada level dimana ada hal-hal yang mendorongnya keluar dari semacam hal-hal dimana kita dapat menambah nilai yang banyak," jelas President US Trust, Keith Banks dalam acara Reuters Global Private Banking Summit seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/10/2010).
Menurut Banks, harga emas dapat merefleksikan lonjakan permintaan untuk exchange-traded funds emas, saham-saham tercatat yang membelanjakannya pada emas fisik serta kekhawatiran yang meluas terhadap belanja pemerintah sehingga bisa memicu inflasi harga-harga.
"Jadi apa sebenarnya yang membawa emas ke levelnya? Tebakan Anda sebaik saya," ujar Banks yang mengelola unit private bank Bank of America.
SPDR Gold Trust ETF yang memperbolehkan investor ritel lebih mudah bertaruh pada emas telah melonjak hingga 21% sepanjang tahun ini hingga 130,71. Saham-saham dana itu telah melonjak hingga 50% sejak Desember 2008.
Lonjakan harga emas yang terlalu tajam itu juga menuai kritikan, dengan beberapa bankir menyatakan hal tersebut sebagai kegilaan dan akan berakhir dengan kegagalan.
"Dengan emas sudah melampaui US$ 1.300 per ounce sekarang, Anda memiliki orang-orang yang menanyakan apakah, pertama, 'Inikah gelembung lainnya?' dan kemudian 'Seberapa jauh saya dapat mengendarai gelembung itu?'," jelas kepala private banking, Credit Suisse Amerika, Anthony DeChellis.
Chief Executive Bessemer Trust, John Hilton mengatakan, perusahaan wealth manajemennya hanya mengalokasikan imbal hasil riil emas hanya 1 digit persentase. Untuk beberapa klien, dia tahu persis angka itu tak cukup.
"Kami memiliki klien-klien yang membelanjakan emas secara individu secara besar-besaran. Beberapa saat, mereka hanya mengatakan mereka telah melakukan itu, dan mereka kemudian menanyakan kepada kita jika kami dapat memegangnya untuk mereka. Namun kami belum membelanjakan emas secara besar-besaran untuk klien kami," ujar Hilton, yang perusahaannya mengelola aset sekitar US$ 56 miliar.
Sumber
No comments:
Post a Comment