Wednesday, August 25, 2010

Folk + FastComm Vs Fox = 1 - 0

Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant, Software-Web Develoment and Maintenance,Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service

Cakrajiya Ciptana (CCi)

http://www.cc-indonesia.com




ARTICLE CLIPPINGS

Media : inilah.com

Date : Monday, May 24, 2010

Url : http://inilah.com/news/read/po...

Tone : Neutral



Di tengah hiruk pikuk Kongres II Partai Demokrat, ada yang nyaris tidak terpantau publik yakni konsultan politik masing-masing kandidat. Siapa mereka di belakang layar?

Dua kandidat Ketua Umum Partai Demokrat Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum merupakan calon ketua umum yang paling getol melalukan pencitraan politik. Meski publik sepakat, Andi Mallarangeng-lah yang paling menonjol dalam melakukan pencitraan politik.

Melalui akronim AM yang tak lain adalah Andi Mallarangeng tampil di layar kaca, koran, hingga media luar ruang yang cukup massif. Kampanye yang tak ubahnya seperti pemilihan kepala daerah bahkan pemilihan presiden, melekat terhadap cara-cara kampanye Andi Mallarangeng. Hal itu tampak menonjol di Ibukota Jakarta, maupun di Bandung, tempat pelaksanaan Kongres.

Otak di belakang layar gaya kampanye seperti itu, tak lain adalah konsultan politik FoxIndonesia milik adik kandung Andi Mallarangeng yakni Zulkarnain Mallarangeng alias Choel. Dalam Pemilu 2009 lalu, FoxIndonesia menjadi event organizer kampanye pasangan capres/cawapres SBY-Boediono.

Iklan pencitraan Andi Mallarangeng yang mengasosiasikan diri sebagai orang dekat SBY dengan menggandeng putera SBY Ibas Yudhoyono nyatanya tak mampu memikat hati pemilih DPD dan DPC Partai Demokrat. Kesan glamour dan mewah yang ditampilkan nyatanya kalah dengan pendekatan emosional yang berbasiskan jaringan cabang dan daerah.

Menurut Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, model pencitraan yang dilakukan Andi Mallarangeng salah strategi. Menurut dia, apa yang dilakukan Andi seperti bertarung dalam Pilkada. Strategi Andi terutama strategi komunikasinya salah arah. Dia lupa siapa sebenarnya yang akan direbut hatinya, ujarnya.

Lain halnya dengan dua pesaingnya, Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie. Meski melakukan hal yang sama melalui pencitraan politik, Anas hanya tampil seadanya melalui iklan politik di media cetak dan elektronik. Bahkan untuk Marzuki Alie, justru baru tampil di saat pelaksanaan kongres Partai Demokrat.

Khusus terkait pencitraan politik Anas Urbaningrum diurus FastComm perusahaan pencitraan politik milik Ipang Wahid. Sedangkan untuk kehumasan diurus FolkIndonesia, konsultan politik jauh lebih muda usianya dibanding FoxIndonesia. FolkIndonesia, merupakan konsultan politik yang dikomandani Ichsan Loulembah, bekas anggota DPD RI yang juga mantan aktivis HMI.

CEO FastComm Ipang Wahid menuturkan, iklan Anas Urbaningrum tidak semassif Andi Mallarangeng karena menurut dia, Kongres bukanlah ajang seperti pilkada atau pemilu presiden.

Untuk semacam kongres, kekuatan utama bukan di advertising, tetapi justru kekuatan di jaringan yakni DPD dan DPC, ujarnya kepada INILAH.COM melalui saluran telepon, Senin (24/5). Menurut dia, iklan sifatnya hanyalah menjadi pelengkap saja.

Ipang menegaskan, di saat Andi Mallarangeng melakukan iklan secara jor-joran, justru pihak Anas Urbaningrum menahan diri untuk tidak melakukan hal serupa. Tujuannya, agar terjadi contrasting antara Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Logo Anas simple, ditulis Anas, sedangkan Andi Malallarangeng dengan AM, itu Amerika banget, cetusnya.

Dengan tidak mengikuti iklan gaya jor-joran ala Andi Mallarangeng, Ipang menyebutkan, Anas Urbaningrum tidak mau dipersepsikan calon yang banyak uang. Selain itu, berusaha menunjukkan value yang dimiliki Anas.

Anas identik dengan kesantunan, orang yang tidak banyak berlebihan berbicara, dan selalu melakukan pendekatan emosional. Makanya tagline Anas, Memimpin dengan Hati, papar putera Gus Sholah ini.

Kekalahan telak Andi Mallarangeng yang tumbang di putaran pertama dalam Kongres Partai Demokrat, langsung maupun tak langsung berimbas pada perusahaan pencitraan politik yang ada di belakangnya. Reputasi FoxIndonesia yang selama ini dipersepsikan tak pernah gagal pada kenyataannya, harus mengakui kehadiran FolkIndonesia dan FastComm.



No comments:

Post a Comment