Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com
ARTICLE CLIPPINGS | ||
Media : www.analisadaily.com | | Date : Thursday, May 20, 2010 |
| Tone : Neutral |
Nasionalisme merupakan solusi pamungkas yang telah dipergunakan para founding fathers (pendiri) negeri ini untuk melepaskan bangsa dan negara dari cengkeraman kaum penjajah. Penegasan itu dikemukakan Wakil Ketua Fraksi-Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (F-PDIP) DPRD Medan, Hasyim SE kepada wartawan, Selasa (18/5).
"Nasionalisme bersifat menembus multi ruang dan waktu. Sekalipun 20 Mei 1908 lalu nasionalisme sudah pernah dipergunakan di negeri ini sebagai solusi pamungkas oleh para founding fathers untuk mengusir penjajah, bukan berarti nasionalisme dapat dikatakan sudah kadaluarsa lagi diterapkan saat sekarang".
Justeru, lanjut Bendahara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-Perjuangan Kota Medan ini, dengan masih mempercayakan nasionalisme sebagai solusi pamungkas, setidaknya ragam persoalan yang menghampiri bangsa dan negara ini satu-persatu akan dapat terselesaikan hingga tuntas. Nasionalisme hendaklah dijadikan harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk penyelesaian ragam persoalan bangsa dan negara.
Krisis Akhlak
Musuh nyata yang saat sekarang dihadapi bangsa dan negara ini bukan lagi kaum penjajah yang secara de facto dan de jure telah menenggelamkan negeri ini selama ratusan tahun (350 tahun penjajah belanda dan 3,5 tahun penjajahan Jepang-red) ke kubangan kemelaratan. Lebih tepatnya musuh yang dihadapi bangsa dan negara ini bukanlah kaum yang dapat secara terang-terangan menodongkan laras senjata.
"Musuh bersama yang dihadapi bangsa dan negara kita, tak lain anak bangsa sendiri yang telah mengalami krisis akhlak" ungkap Hasyim.
Semangat
Tugas bersama segenap komponen bangsa saat sekarang, hendaknya dengan semangat nasionalisme segenap komponen bangsa dapat mengeksplorasi (menggali potensi) pluralisme (kemajemukan) dan menjadikannya sebuah kekuatan untuk mengatasi krisis akhlak yang telah menerpurukkan berbagai sektor kehidupan. Nasionalisme merupakan solusi yang telah dibuktikan sejarah mampu menghadapi kekuatan imperialis maupun kolonialis.
Alangkah tepat kalau segenap komponen bangsa masih menjadikan nasionalisme sebagai solusi untuk menghadapi krisis akhlak yang telah menetaskan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta ragam ala permafiaan yang dapat mengarahkan dekadensi moral bangsa.
"Pemilihan kepala daerah di Medan yang digelar 12 Mei 2010 dapat dijadikan barometer warga di kota ini telah memiliki semangat nasionalisme yang tinggi," kata Hasyim SE.
Menurutnya, pluralisme telah dimaknai sebuah potensi untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik lagi.
Masyarakat Kota Medan sudah semakin cerdas untuk menentukan pemimpinnya. Masyarakat sudah tidak lagi terjebak dengan nuansa "memilih kucing di dalam karung"
Perolehan suara pasangan calon nomor urut 10 dr.Sofyan Tan-Nelly Armayanti yang unggul tidak sebatas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang banyak dihuni kalangan Tionghoa, melainkan juga unggul di sejumlah TPS yang banyak dihuni suku lain, telah membuktikan semangat nasionalisme semakin terpateri di sanubari segenap komponen masyarakat.
Diharapkan partisipasi pemilih dapat lebih meningkat dari putaran pertama Pilkada Kota Medan 2010, dan masyarakat yang pada putaran pertama tidak ikut memilih diharapkan partisipasinya untuk mengikuti putaran kedua.
"Proses demokrasi merupakan media perjuangan bagi meloloskan nasionalisme untuk lebih leluasa mengatasi krisis akhlak" ujar Hasyim SE.
Di Hari Kebangkitan Nasional yang menapak usia 102 tahun ini (20 Mei 1908-20 Mei 2010), hendaklah masyarakat secara arif dan bijaksana untuk menentukan arah langkah menjadikan nasionalisme merupakan solusi untuk mengatasi ragam persoalan bangsa dan negara.
"Pilih pemimpin jangan lagi berdasarkan kesamaan suku, agama, ras. Sudah saatnya memilih pemimpin sejauhmana tekadnya untuk membangun bangsa dan negara ini dapat lebih baik lagi" kata Hasyim.
No comments:
Post a Comment