Sunday, August 22, 2010

BI Ogah Tiru India Naikin Suku Bunga

Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant, Software-Web Develoment and Maintenance,Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service

Cakrajiya Ciptana (CCi)

http://www.cc-indonesia.com




ARTICLE CLIPPINGS

Media : Rakyat Merdeka

Date : Wednesday, March 24, 2010

Page : 18

Tone : Neutral

Position : Right Center

Section : Hot Economics



BANK Indonesia (BI) merasa ti­dak perlu meninjau kembali suku bunga acuannya (BI rate). BI ogah mengikuti Bank Sentral India yang menaikkan suku bunga acuannya.

"Kita tidak perlu meniru ne­gara lain, kita punya pertim­bangan negara kita sendiri," tegas Pjs Gubernur BI Darmin Nasu­tion usai rapat koordinasi di Ja­karta, kemarin.

Menurut Darmin, penentuan naik atau turunya suku bung BI didasarkan pada keadaan dalam negeri sendiri. Inflasi di Indanesia juga dinilai masih dalam trek sesuai dengan perhitungan.

Inflasi di Indonesia sekitar Februari-Maret masih relatif rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, inflasi Februari 2010 sebesar 0,3 persen dan diprediksi bulan Maret akan lebih rendah. Meskipun inflasi pada Januari 2010 sempat mengalami lonjakan menjadi sebesar 0,84 persen yang disebabkan dengan hampir semua sektor mengalami kenaikan harga.

"Inflasi untuk tahun ini diperki­rakan tetap di dalam trek yang kita perhitungkan sebelumnya, sehingga belum ada kepentingan-ke­pentingan kita untuk me-review tingkat BI Rate kita,"jelas Darmin.

Darmin memprediksi, Maret tahun ini justru berpotensi untuk terjadi deflasi (penurunan harga barang). Dengan kondisi tekanan inflasi yang relatif rendah, tingkat BI Rate yang sebesar 6,5 persen masih dapat dipertahankan.

Nilai tukar rupiah juga semakin menguat menyentuh level Rp 9.050. BI akan melakukan berbagai upaya agar nilai tukar rupiah tidak hanya berhenti di satu titik. "Kita kemudian rnelakukan segala hal untuk membuat dia ber­henti di satu titik, atau dalam situasi naik atau turun kita tidak punya target harus sckian, kita memang menjaga jangan sampai volatilitasnya terlalu tinggi," ungkap Darmin.

Sedangkan untuk masalah exit policy, BI akan menghilangkan kebijakan darurat karena ancaman krisis sudah berkurang. Exit policy merupakan langkah khusus yang diambil dalam rangka menghadapi krisis. "Secara ber­tahap akan kita hilangkan, karena Indonesia sudah hampir lepas dari krisis," kata Darmin.

Menurut Darmin, tapi untuk menghilangkan exit policy ini, BI tidak akan tergesa-gesa karena melihat negara-negara lain belum lepas dari krisis seperti AS. Darmin juga menjelaskan, exit policy di masing-masing negara dicocok­kan dengan negara-negara lain.

Diakui Darmin, Indonesia sebetulnya merupakan negara yang pa­ling sedikit melakukan perubahan peraturannya adalam menghadapi krisis yang lalu. " TVA



No comments:

Post a Comment