Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com
ARTICLE CLIPPINGS | ||
Media : Republika | | Date : Wednesday, March 24, 2010 |
Page : 18 | | Tone : Neutral |
Position : Top-Left | | Section : Investasi |
Belum ada alasan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan alias BI Rate, sekali pun India menaikkan suku bunga preserve repurchase (repo) dan repurchase acuannya. Saat ini, BI rate dipatok pada angka 6,5 persen.
Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, berpendapat, situasi Indonesia belum membutuhkan peningkatan BI Rate walaupun Bank Sentral negara lain mulai melakukannya. "Inflasi masih aman dibandingkan suku bunga. Gap-nya masih 2,5-3 persen," kata Yudhi, Senin (22/3). Indonesia juga masih butuh stimulus moneter saat ini, karena suku bunga kredit belum kunjung turun.
Selasa (16/3) lalu, Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan mereka pada level sangat rendah, yakni 0-0,25 persen. Setelah itu India, yang bersama Indonesia dan Cina mencatat pertumbuhan ekonomi positif pada 2009, menaikkan suku bunga repo acuannya.
The Reserve Bank of India meningkatkan suku bunga repo acuannya dari 3,25 persen menjadi 3,5 persen. Angka sebelumnya sudah dipatok sejak 2008. Bank Sentral India juga menaikkan bunga pembelian kembali (repurchase rate) dari 4,75 persen menjadi 5 persen.
Alasan India menaikkan dua instrumen suku bunga itu, menurut Yudhi, adalah untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi yang menurut mereka terlalu cepat. "Di sistem mereka, menaikkan suku bunga repo acuan sama saja dengan menaikkan suku bunga acuan secara keseluruhan. Sistemnya memang beda dengan Indonesia."
Mengacu pada kenaikan suku bunga acuan Amerika pada 2004, lanjut dia, Indonesia juga tak serta-merta menaikkan BI Rate saat itu. BI Rate barn naik pada 2005 setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 2005, yang memicu inflasi secara signifikan. "Selama tak ada kejadian seperti 2005, tak ada alasan saat ini bagi BI untuk menaikkan BI Rate," tegasnya.
Di tempat terpisah, Pjs Gubernur BI Darmin Nasution juga menyatakan, Indonesia tidak akan reaktif menyikapi kenaikan suku bunga acuan di India. Selain situasi ekonomi Indonesia dan global dianggap relatif kondusif saat ini, Darmin memperkirakan inflasi Maret 2010 akan lebih rendah dari Februari 2010.
"Inflasi untuk tahun ini kita perkirakan tetap masih dalam trek yang kita perhitungkan. Sehingga belum ada kepentingan kita untuk me-review BI Rate," jelasnya di Kantor Menko Perekonomian.
No comments:
Post a Comment