Sunday, August 15, 2010

Harga Susu Lokal Tertekan

Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant, Software-Web Develoment and Maintenance,Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service

Cakrajiya Ciptana (CCi)

http://www.cc-indonesia.com




ARTICLE CLIPPINGS

Media : Berita Kota

Date : Thursday, March 04, 2010

Page : 11

Tone : Neutral

Position : Right Center

Section : Ekonomi Bisnis



Pemerintah berharap pihak industri tidak sepenuhnya mengikuti fluktuasi harga susu dunia dalam penentuan harga beli susu lokal di tingkat peternak sapi perah. Sebab, kebijakan itu sangat merugikan peternak sapi.

ARTINYA, apabila harga susu di pasar dunia sedang naik, industri pengolahan susu (IPS) akan berebut mencari susu segar lokal sehingga peternak menikmati hasilnya. Akan tetapi, saat harga susu dunia sedang jatuh, IPS akan mcmilih susu impor sehingga terjadi kelebihan produksi susu segar lokal.

Hal itu dikatakan Menteri Perindustrian Moh S Hidayat pada peresmian perluasan pabrik Nestle di Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (3/3).

Untuk itu, Hidayat berharap, IPS menjaga margin kepada peternak. "Apabila memungkinkan, jangan 100 persen mengikuti flutuasi pasar," katanya

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Nestle Indonesia Arshad Chaudhry mengatakan, dalam memutuskan harga memang mempertimbangan fluktuasi. "Namun, kami berusaha menyeimbangkan sehingga pasti ada margin untuk peternak," katanya seperti dilanisr Surya.

Selain harga susu di pasar dunia, penetapan harga susu juga ditentukan oleh kualitas susu segar. Harga susu dibuat berdasarkan kandungan jumlah bakteri (total plate count/ TPC). "Harga susu terbaik diberikan untuk susu yang kandungan bakteri di bawah satu juta TPC," kata Pariatmoko, Section Head Dairy Development Nestle.

Saat ini, harga susu tertinggi yang diterima peternak sekitar Rp 3.200/liter. Setiap hari, satu sapi mampu menghasilkan susu segar sekitar 10 liter sampai 12 liter susu. Di Jawa Timur, ekonomi susu sapi menghidupi 29.800 peternak, tidak termasuk keluarganya, yang terkonsentrasi di Kabupaten Malang, Pasuruan, Kediri, dan Blitar.

BPariatmoko menambahkan, dari total kebutuhan susu untuk industri nasional, produksi susu lokal hanya mampu menyumbang 20 persen. Sisanya terpaksa harus diimpor. Padahal, pertumbuhan produk olahan susu mencapai 13 persen per tahun.

"Setiap tahun memang terjadi peningkatan pasokan susu, namun tetap tidak mencukupi kebutuhan industri," kata Pariatmoko.

"Kami menargetkan ke depan terjadi peningkatan rasio 60 persen untuk susu lokal," katanya.

Di Jatim, rata-rata sapi indukan yang produktif, setiap hari menghasilkan 10 liter sampi 2 liter susu segar. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan China. Sapi perah di sana bisa menghasilkan sekitar 60 liter susu segar setiap hari. "Cuaca di China lebih sejuk dibanding Indonesia, sehingga sapi juga lebih produktif," jelas Pariatmoko.

Untuk meningkatkan industri pengolahan susu Indonesia, para peternak harus meningkatkan manajemen peternakan. "Mulai clari pakan, kebersihan, hingga kesehatan sapi harus dijaga agar mutu susu yang dihasilkan meningkat," katanya. PT Nestle Indonesia sendiri, mengimpor susu dari Australia, Selandia Baru dan Eropa.

Sekadar informasi awal tahun lalu, harga susu segar kualitas terbaik Rp 3.800/liter, padahal sebelumnya mencapai Rp 4.300, lalu menjadi Rp 4.000. Dengan harga pembelian susu dari Nestle yang turun dari Rp 4.000 ke Rp 3.800/liter, maka harga susu segar di tingkat petani menjadi antara Rp 3.300-Rp 3.400/liter karena dipotong biaya penanganan dan transportasi dan koperasi.



No comments:

Post a Comment