Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com
ARTICLE CLIPPINGS | ||
Media : Media Indonesia | | Date : Thursday, June 24, 2010 |
Page : Frontpage | | Tone : Neutral |
Position : Top | | Section : Politik & HAM |
Industri rokok kini membidik perempuan sebagai pasar potensial. Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan AhLi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Widyastuti Soerojo, mengatakan perempuan adalah talon korban potensial pemasaran industri rokok. "Fakta terse but dimuat dalam strategi pemasaran British American Tobacco (BAT), kelompok industri tembakau internasional," ujarnya dalam diskusi soal tembakau di Graha Niaga kemarin.
Dalam berkas BAT No. AQ1121,400477642655, tertera pernyataan, "Lakilaki lebih menggambarkan dunia rokok masa lalu daripada pasar hari esok. Perempuan dan gadis remaja adalah yang kita tuju sebagai sasaran pasar hari esok."
Perbedaan jumlah perokok lakilaki dan perempuan masih Menurut Widyastuti, data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007 menunjukkan, ada selisih 60,4 persen antara jumlah perokok lakilaki dan perempuan. Jumlah perokok perempuan hanya 5,2 persen dari total penduduk. Sedangkan lakilaki yang merokok mencapai 65,6 persen dari jumlah penduduk.
Selama enam tahun terakhir, tingkat penerimaan masyarakat terhadap perempuan perokok juga naik delapan kali lipat, dari 0,2 persen pada 2001 menjadi 1,6 persen pada 2007. Kenaikan tingkat penerimaan ini salah satunya karena pemahaman yang salah terhadap isu kesetaraan gender. "Ada persamaan hak antara perempuan dan lakilaki, jadi dianggap perempuan boleh dong merokok," katanya.
Faktor lainnya adalah perempuanperempuan yang memiliki penghasilan sendiri dan punya sumber daya untuk mengkonsumsi rokok, kata Widyastuti, kerap luput dari kampanye antirokok. Padahal industri rokok memahami karakteristik konsumennya. "Wanita Asia ingin dicitrakan seperti wanita Barat yang modern. Citra ini dijual dalam iklan rokok," ujarnya. Citra tersebut akan menarik perempuan yang kurang percaya diri.
" DIMING SARI
Industri rokok kini membidik perempuan sebagai pasar potensial. Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan AhLi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Widyastuti Soerojo, mengatakan perempuan adalah talon korban potensial pemasaran industri rokok. "Fakta terse but dimuat dalam strategi pemasaran British American Tobacco (BAT), kelompok industri tembakau internasional," ujarnya dalam diskusi soal tembakau di Graha Niaga kemarin.
Dalam berkas BAT No. AQ1121,400477642655, tertera pernyataan, "Lakilaki lebih menggambarkan dunia rokok masa lalu daripada pasar hari esok. Perempuan dan gadis remaja adalah yang kita tuju sebagai sasaran pasar hari esok."
Perbedaan jumlah perokok lakilaki dan perempuan masih Menurut Widyastuti, data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007 menunjukkan, ada selisih 60,4 persen antara jumlah perokok lakilaki dan perempuan. Jumlah perokok perempuan hanya 5,2 persen dari total penduduk. Sedangkan lakilaki yang merokok mencapai 65,6 persen dari jumlah penduduk.
Selama enam tahun terakhir, tingkat penerimaan masyarakat terhadap perempuan perokok juga naik delapan kali lipat, dari 0,2 persen pada 2001 menjadi 1,6 persen pada 2007. Kenaikan tingkat penerimaan ini salah satunya karena pemahaman yang salah terhadap isu kesetaraan gender. "Ada persamaan hak antara perempuan dan lakilaki, jadi dianggap perempuan boleh dong merokok," katanya.
Faktor lainnya adalah perempuanperempuan yang memiliki penghasilan sendiri dan punya sumber daya untuk mengkonsumsi rokok, kata Widyastuti, kerap luput dari kampanye antirokok. Padahal industri rokok memahami karakteristik konsumennya. "Wanita Asia ingin dicitrakan seperti wanita Barat yang modern. Citra ini dijual dalam iklan rokok," ujarnya. Citra tersebut akan menarik perempuan yang kurang percaya diri.
" DIMING SARI
No comments:
Post a Comment